Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

5 Etika Berinteraksi di Lingkungan Pendidikan

Beberapa hari ini banyak sekali pesan masuk dan kabar berita yang kurang enak didengar sampai ke telinga saya. Kebanyakan isinya adalah komplain dari berbagai pihak (khususnya senior, alumni dan dosen di kampus) terhadap etika berinteraksi dari sebagian besar mahasiswa yang ada di kampus. Dalam hal ini saya merasa perlu memberitahukan 5 etika penting dalam berinteraksi antara mahasiswa dengan dosen dan senior, terutama yang pernah saya dapat dari sekolah saya di SMA Negeri 1 Mentaya Hilir Selatan. 5 etika tersebut selalu ditekankan oleh para guru dan staf di SMA saya, karena benar ternyata bahwa kelima hal tersebutlah yang akhirnya membawa saya dan teman-teman menjadi orang-orang yang dihargai di lingkungan sekitar dan juga dihargai oleh orang-orang yang lebih tua, karena kami benar-benar memiliki etika dan moral yang baik dalam berinteraksi kepada sesama manusia khususnya orang yang lebih tua. Kelima etika tersebut:

Jika Aku

Jika aku mendengar Bisikan indah meliuk mendayu nan lembut Menggoyahkan Menggonjang-ganjingkan keimanan sekerat Yang tidak lagi melekat di hati sanubari yang sekarat Jika aku melihat Paras elok ayu rupawan nan memikat Berhiaskan maskara, bedak ayu, anting berlian Pelipur lara hati yang kelaparan Tersiksa Terenggut pula segala kehormatannya Jika aku merasa Sentuhan lembut penuh gairah Dimabuk cinta Dihinggapi nestapa rindu pungguk kepada rembulan Terbelai manja kematian rasa Nurani yang tak dapat lagi berkata (atau tak terdengarkah suaranya?) Aku bernaung dari teriknya pesonamu Yang membakar setiap inci kalbuku yang Tak sedalam lautan Aku berlindung di balik sahaja kalbuku Gubuk derita terjejali cinta pilu Yang bila tertiup angin kan rubuh menyisakan getir Aku berlindung di balik tirai luka batin Terselip pula diriku di sela kelambu takdir Mendengarmu Menikmati indah pesonamu Merasakan setiap belaian lembut Menikmatim

Di Gaza Aku

Di sela-sela rintik hujan Aku mendengar suaramu Di sela-sela reruntuhan Ku dengar isak tangismu Di antara bebatuan Pun ku dengar desah berat nafasmu Putra-putrimu yang berguguran Wanita-wanitamu yang menjadi janda Pria-pria rentamu yang tak terhiraukan Pemuda-pemudamu yang memanggul senapan Balita dan batita meyatim-piatu, menahan perih angkara Sudut-sudut kotamu yang penuh kemarahan Pun sudut-sudut lain yang penuh nista durjana Nafsu dunia Jalan-jalanmu dan darah bertebaran Kebun-kebun suburmu yang dulu kau banggakan Hingga tersisa hanya abu sisa kebuasan Bata-bata tanah gersang padang pasir Oase-oase kering berbau anyir Ladang-ladang penuh ilalang Tempat tangan-tangan kecil Patriot cilikmu belajar berperang Deru nestapa di sela kerikil-kerikil kecil Wajah-wajah sengsara di kaki langit Angin gersang yang menambah getir Beserta lirih suara azan yang Bergema di bukit-bukit Suaramu lirih Menderu di antara rintik hujan