Langsung ke konten utama

Pesantren Impian

Saya dan adik-adik, terutama yang nomer 3, sering sekali ditanya dalam banyak kesempatan, "nyantri dimana?". Pertanyaan yang agak aneh menurut saya, karena mengindikasikan seseorang yang memiliki pengetahuan agama itu hanya dari kalangan pesantren saja. Padahal saya dan adik-adik tidak pernah makan bangku pesantren (jangankan makan bangkunya, datang ke pesantren saja tidak). Sering juga jika sedang kumpul di rumah, karena semua membantu berjualan di warung, orang pun berkomentar "pintarnya anak pian ini, bu. Rajinnya mendangani kuwitan (pintarnya anak ibu ini, rajin membatu orang tua - bahasa banjar).

Ibu dan ayah saya biasanya menjawab pertanyaan ini dengan tersenyum dan bertahmid. Tapi disini biar saya ceritakan latar belakang keluarga kami, siapa tahu bisa bermanfaat buat para orang tua dan calon orang tua yang sering bertanya-tanya seperti di atas.

Saya dan adik-adik semua adalah orang yang skeptis. Sebagai putra pertama dari empat bersaudara, saya selalu mempertanyakan solusi dan kebenaran, bahkan ketika solusi dan kebenaran itu sudah diperlihatkan jelas di depan mata saya. Karena didikan kami di keluarga adalah kami boleh mempertanyakan apa saja, jika orang tua mampu menjawab maka akan dijawab, jika tidak, maka kami akan disuguhi buku-buku yang kira-kira bisa menjawab pertanyaan tersebut (saya ingat umur lima tahun saya sudah jarang sekali bertanya ke ibu karena pertanyaan yang semakin sulit dijawab). Hal ini tentunya membuat minat baca dan rasa ingin tahu kami empat bersaudara sangat tinggi, karena tidak pernah ditekan, seperti kebanyakan orang tua yang membentak atau mengacuhkan anaknya ketika mereka bertanya, atau menanyakan pertanyaan yang sulit dijawab.

Orang tua saya memang paham sekali bahwa ilmu itu amat penting bagi kehidupan manusia. Ibu saya mengajarkan anak-anaknya membaca sejak kecil. Bahkan dengan penghasilan ayah yang tidak seberapa, mereka berdua memberikan support yang tidak terkira untuk anak-anaknya bisa membaca. Bisa Anda bayangkan bagaimana bisa seorang penjual bubur kacang hijau dengan 4 orang putra, bisa memiliki perpustakaan yang isinya ringkasan shahih bukhari, ringkasan shahih musli, terjemah riyadus shalihin, terjemah bulughul maram, fiqh islam H. Sulaiman Rasjid, Nurul Yaqin, dan lain-lain, bahkan berlangganan tiga majalah sekaligus (Sabili, Ummi dan Annida). Bahkan dua anak pertamanya pun saat ini sedang berusaha menyelesaikan kuliah, saya sendiri di Ilmu Komputer Universitas Lambung Mangkurat, sedangkan adik yang kedua di Tarbiyah Bahasa Inggris UIN Antasari (Insya Allah menyusul tahun 2018 adik kami yang ketiga. Mohon doanya dari sobat sekalian agar dilancarkan).

Meski demikian ayah dan ibu sedikit berbeda paham dalam mengkondisikan putra=putranya membaca. Jika ibu membolehkan kami membaca dalam kondisi apapun, baik itu sedang makan, berbaring, sedang di dalam toilet sekalipun kami diperbolehkan membaca. Namun ayah akan sedikit "ngomel" jika melihat ada diantara kami yang membaca sambil makan. Alasan beliau jika ditanya kenapa pasti jawabannya surah Al Insyirah ayat 7, yang menurut tafsiran beliau jangan mengerjakan dua pekerjaan bersamaan, selesaikan satu dulu baru yang lain.

Selain itu kami di rumah juga amat jarang menyalakan televisi. Dulu waktu masih ada tape di rumah, yang selalu terlantun adalah kaset murattal juz amma Asy Syaikh Abdurrahman as Sudais, yang juga memuat azan Syaikh Ali Ahmad Mulla. Sebelum tidur (kami tidur satu ruangan), ibu akan meninabobokan kami dengan bacaan doa-doa yang dilagukan, atau surah-surah pendek dari Juz Amma. Percayalah, saya dan adik-adik hanya berusaha menghafalkan (dengan melihat mushaf dan berusaha mengulang-ulang sampai hafal) hanya surah-surah yang sulit (ada ayat-ayat yang mirip) dari juz 30, seperti At Takwir, Al Muthaffifin, dan Al Infithar. Selain itu hafalnya dari kaset dan ninabobo.

Saya mengharapkan artikel ini bisa memberi sedikit pencerahan buat teman-teman yang bertanya-tanya, bagaimana anak seorang tukang bubur bisa memiliki pengetahuan agama yang lebih dari kebanyakan anak orang lain. Jawabannya adalah karena orang tua kami tidak menyia-nyiakan masa kecil kami dengan menyuguhi kami smartphone dan televisi. Rasa ingin tahu kami tidak pernah ditekan, melainkan disalurkan agar mendapatkan pengetahuan yang bermanfaat. Wallahi, tidak pernah sekalipun kami dibentak karena kebanyakan bertanya (karena memang tidak sekalipun ibu kami meninggikan suaranya membentak kami) Inilah yang menurut saya membuat kami seperti ini. Karena rasa ingin tahu yang tidak pernah ditekan, kami tidak pernah takut bertanya dan mencari jawaban. Inilah yang membuat kami haus akan pengetahuan, sehingga wajar jika seorang yang banyak membaca = banyak memiliki pengetahuan.

Poin kedua yang membuat kami tidak merasa malas dan sungkan membantu orang tua kami adalah karena memang kami dekat dengan mereka. Wallahi hingga usia saya yang 25 ini tidak pernah sekalipun saya mendengar ibu saya membentak anak-anaknya. Pun ayah, yang akan membentak anak-anaknya jika tidak sholat. Ya, itu saja. Ayah akan membentak kami jika tidak sholat. Bahkan ketika saya ketahuan merokok dan ikut mabuk-mabukan pun ayah tidak membentak. Diajaknya saya bicara dengan pelan dan rasional. Dikemukakannya baik-buruk dari kelakuan saya, diajukannya harapannya agar saya berhenti. Tidak ada bentakan. Bahkan ketika putranya yang biasanya juara umum di smp tiba-tiba jatuh ke 10 besar di sma. Bahkan ketika putranya tidak lulus ujian nasional. Bahkan ketika anaknya pulang dari rantau dengan ginjal rusak karena kebiasaan hidup yang buruk. Wallahi tidak ada bentakan maupun raut wajah marah dan tidak senang.

Itulah yang membuat anak-anak mereka bisa ikhlas dan santai saja dengan kondisi keuangan keluarga yang biasa-biasa saja, atau pekerjaan orang tua yang sering dijadikan ejekan oleh teman-teman (karena bukan PNS atau pedagan besar). Saya bangga sekali dengan orang tua saya. Walaupun mereka hanya pedagang bubur di kota kecil tak terkenal di pedalaman kalimantan, ayah dan ibu saya lebih hebat dari orang tua manapun, karena mereka mendidik putra-putranya dengan kasih sayang, yang jarang saya lihat dari orang tua lain di lingkungan kami.

Sengaja tulisan ini dibuat berjudul pesantren impian, karena sebaik-baik pesantren yang ideal adalah orang tua di rumah. Akan terasa berat sekali menyekolahkan anak di pesantren jika di rumah tidak diawali dengan pendidikan agama yang kuat.

Saya memohon doa dan restu dari sobat pembaca sekalian, karena saya belum bisa membalasa jasa kedua orang tua dengan nikat dunia, Insya Allah saya dan adik yang nomer tiga saat ini sedang berusaha menghafalkan al qur'an. Mohon doanya agar diberikan kemudahan dan dikuatkan hafalannya, dan bisa menamatkan 30 juz. Semoga sobat pembaca yang mendoakan juga dapat menghafalkan al quran, atau jika kiranya belum sanggup, semoga ada diantara keturunan sobat sekalian nanti yang hafal 30 juz al quran dan paham isi kandungannya. Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Umar bin Khattab Menebas Kepala seorang Muslim

Hari itu Madinah gempar. Apa pasal? Mereka mendengar Umar bin Khattab ra. menebas kepala seorang muslim yang mengadukan perkara kepadanya. Tentu saja para sahabat banyak yang menyayangkan keputusan Umar ra. yang nampak gegabah dan “berdosa”–sebab membunuh seorang muslim dosanya sangatlah besar. Seperti disebutkan dalam hadis rasulullah SAW: Dari Ibnu Mas’ud rodhiallohu ‘anhu, dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Tidak halal ditumpahkan darah seorang muslim kecuali karena salah satu di antara tiga alasan: orang yang telah kawin melakukan zina, orang yang membunuh jiwa (orang muslim) dan orang yang meninggalkan agamanya memisahkan diri dari jamaah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Buat Apa sih LKMM itu? Nggak Penting Banget!

Buat sahabat semua, baik yang pro ataupun kontra dengan pendapat Ane. Ane terbuka aja. Ini adalah negara bebas. Kita bebas untuk berpendapat seperti yang dijamin oleh UUD 1945 (Pasal 28, Pasal 28A, Pasal 28C, Pasal 28D Ayat 1 dan 2, Pasal 28E Ayat 2 dan 3, Pasal 28F, Pasal 28G, Pasal 28H, Pasal 28I ayat 1,2,4 dan 5, serta pasal 28J) selama jangan asal bunyi dan tanpa dalil. Ane memberikan kesempatan untuk berdiskusi lebih jauh. Silahkan comment aja di  blog Ane , e-mail Ane , atau  Wall FB Ane disana juga ada nomor kontak Ane yang bisa dihubungi. OK? *** Satu bulan terakhir ini adalah masa-masa gejolak pergolakan keimanan Ane di perantauan. Ada dua hal bertentangan yang amat sangat mengganggu pikiran Ane dan mungkin juga Mahasiswa MIPA 2010 lainnya. Sebuah acara yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (yang katanya suatu badan yang demokratis) untuk para Mahasiswa baru 2010, yang (katanya) akan menjadi hal yang berguna buat masa depan para Mahasiswa baru.

30 Fakta Menarik Tentang Bahasa Inggris

Belajar Bahasa Inggris itu menyenangkan, lho, Sobat. Apalagi jika Sobat mengenali fakta-fakta menarik yang terdapat dalam bahasa Inggris yang saat ini sudah menjadi bahasa dunia. Apa saja fakta-fakta itu? Mari kita simak. [PERHATIAN!] fakta-fakta berikut ini tidak berurutan.. 1.     Abjad yang paling sering digunakan adalah “e”. 2.     Huruf vokal yang paling sering digunakan adalah “e”. Yang kedua adalah “a”. 3.     Huruf konsonan yang paling sering digunakan adalah “r” . Yang kedua adalah “t”.The most common consonant in English is "r", followed by "t". 4.     Setiap suku kata dalam bahasa inggris harus memiliki huruf vokal (bunyi). Namun tidak semua suku kata mengandung huruf mati (konsonan). 5.     Hanya ada dua kata dalam bahasa Inggris yang digunakan saat ini yang memiliki akhiran “-gry”, yaitu “hungry” (lapar) dan “angry” (marah).