Sobat muda tercinta yang semoga rahmat Allah selalu menyertaimu. Semoga Allah SWT selalu membimbing dan menuntun langkah-langkah kita agar tetap Istiqomah menempuh jalan yang diridhai oleh-Nya. Dan semoga setiap kegiatan yang kita lakukan di kehidupan kita selaku Mahasiswa bisa semakin mendekatkan kita kepada tujuan Awal penciptaan manusia: beribadah kepada Allah SWT.
Sebelumnya Ane mohon maaf atas “gebrakan” yang sedikit keras di posting sebelumya. Sesungguhnya hal itu bukanlah diniatkan untuk bertindak keras, melainkan hanya paradigma yang salah dari Ane pribadi yang menganggap bahwa kebanyakan organisasi yang mirip-mirip pemerintahan itu jarang mau mendengarkan suara rakyatnya kalau tidak disuarakan dengan lantang dan tegas. Jadi posting sebelumnya itu Cuma menunjukkan ketegasan Ane dan komitmen Ane untuk memegang jalan yang sudah Ane pilih. Karena sesungguhnya Ane ini bukan orang yang kasar dan suka kelembutan (cie..). Hanya saja paradigma Ane terhadap pemerintah itu agak sedikit keras dan berlawanan.
Kalau di postingsebelumnya Ane terkesan mengharamkan LKMM dengan segala upaya dan dalil-dalil serta pemikiran yang mungkin sedikit “aneh”, maka di posting kali ini Ane ingin menawarkan suatu bentuk LK (Latihan Kepemimpinan) baru yang Ane inginkan. Karena sepertinya tidak etis jika kita hanya bisa memprotes suatu kebijakan tanpa memberikan solusi seperti yang seharusnya atau seperti yang kita inginkan.
Jika Sobat muda sudah membaca posting sebelumnya, semoga Sobat sudah paham dengan LK seperti apa yang Ane inginkan. Menurut Ane seorang pemimpin itu dituntut sebagai orang yang bangun lebih dulu di saat yang lain masih terlelap. Orang yang mendengar di saat yang lain tuli. Orang yang berbicara di saat yang lain membisu. Orang yang melihat di saat yang lain buta. Orang yang mau bergerak di saat yang lain lumpuh. Dan orang yang lurus ketika yang lain bengkok. Maka dari itu, sebuat LK sudah seharusnya bisa membawa hal-hal berikut:
1. Membuat mahasiswa yang “terlelap” bisa segera bangun
2. Membuat mahasiswa yang “tuli” bisa mendengar
3. Membuat mahasiswa yang “bisu” bisa berbicara
4. Membuat mahasiswa yang “buta” bisa melihat
5. Membuat mahasiswa yang “lumpuh” bisa berjalan
6. Membuat mahasiswa yang “tersesat” bisa kembali ke jalan yang benar
Berangkat dari enam hal di atas, maka ada beberapa hal yang perlu ditekankan di sini. Yaitu bahwa hampir 100% peserta LK ini adalah pemuda-pemudi Islam mahasiswa muslim, dimana negara kita ini adalah pemilik Umat Islam terbesar di dunia, dan Banua ini adalah Serambi Makkah kedua di bumi pertiwi. Maka sudah sepantasnyalah, menurut Ane, sebuah LK itu bisa mengarahkan para pemuda-pemudi Islam untuk bisa menjadi pemimpin-pemimpin yang Islami. Dan di dalam Islam, kepemimpinan yang diakui itu adalah sistem Khilafah. Seperti yang disebutkan dalam Fiqh Islam–Kitab Al-Khilafah, syarat-syarat menjadi seorang khalifah itu adalah:
1. Bepengetahuan luas dalam arti yang sebenarnya, bukan berdiploma tinggi, karena ia akan memimpin dan men-tahfiz-kan segala hukum Allah dan peraturan-peraturan-Nya, baik terhadap rakyat yang beragama, terhadap orang-orang yang tidak beragama, maupun terhadap negara. Orang yang tidak mengetahui hukum Allah tentunya tidak dapat menjalankannya dengan sempurna.
2. Adil dalam arti luas, berarti menjalankan segala kewajiban dan menjauhi segala larangan serta dapat menjaga kehormataan dirinya. Selain wajib men-tahfiz-kan hukum, khalifah pun berkewajiban mengawasi segala hukum yang dijalankan oleh wakil-wakil negeri yang diserahinya.
3. Kifayah, artinya bertanggung jawab, teguh, kuat, dan cakap utuk menjalankan pemerintahan, memajukan negara, dan agama, sanggup membela keduanya dari segala ancaman musuh.
4. Sejahtera pancaindera dan anggota lainnya dari segala yag mengurangi kekuatan berpikir dan kekuatan jasmani atau tenaganya.
Dengan syarat-syarat yang seperti itu, menurut Ane, seharusnya output yang dihasilkan dari sebuah LK yang diselenggarakan oleh umat Islam adalah para calon khalifah yang punya kehebatan diplomasi seperti Amr bin Ash. Yang punya fisik tangguh seperti Muhammad Al Hanafiyah. Cerdas seperti Ali bin Abi Thalib. Tawadhu’ dan penyabar seperti Abu Bakar as Siddiq. Keras serta tegas menentang kemungkaran dan menyuarakan kebenaran seperti Umar bin Khattab. Ahli manajemen ulung seperti Abdurrahman bin Auf. Dan bijaksana seperti Iyas bin Malik. Cuma itu yang Ane harapkan dari sebuah LK. Meluruskan pemahaman Mahasiswa Muslim tentang agama mereka dan juga menyiapkan mereka untuk meyongsong kekhalifahan Islam akhir zaman seperti yang sudah dijanjikan oleh Rasulullah SAW dalam sabda beliau:
"Adalah masa Kenabian itu ada di tengah-tengah kamu sekalian, adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak kenabian (Khilafah 'ala minhajin nubuwwah), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya (menghentikannya) apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menggigit (Mulkan 'Adldlon), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Kerajaan yang menyombong (Mulkan Jabariyah), adanya atas kehendak Allah. Kemudian Allah mengangkatnya, apabila Ia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian adalah masa Khilafah yang menempuh jejak Kenabian (Khilafah 'ala minhajin nubuwwah). Kemudian beliau (Nabi) diam." (Musnad Ahmad: IV/273).
Ane hampir tidak punya pengalaman dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan seperti ini. Ilmu Ane masih cetek. Hidup juga baru 18 tahun lewat dua bulan lamanya. Kakak-kakak tentulah lebih berpengalaman dibanding Ane. Tapi di sini Ane hanya ingin memberikan masukan saja. Bahwa sesungguhnya kita ini sebagai mahasiswa dan sebagai seorang muslim hendaknya bisa mengambil ibroh (pelajaran) dari para pendahulu kita. Para muslim-muslimah hebat yang pernah menorehkan nama mereka dengan tinta emas dalam sejarah dunia. Jadi kita tidak hanya sekedar jadi mahasiswa muslim, melainkan menjadi muslim mahasiswa. Artinya kita tidak mendahulukan status kemahasiswaan kita dulu di atas segalanya, tapi mendahulukan status kita sebagai seorang muslim.
Untuk lebih jelasnya mengenai kriteria pendidikan seperti apa yang ana inginkan, silahkan buka di sini.
Wallahu a’alamu bis shawab.
Komentar
Posting Komentar
Dimohon dengan sangat comment-nya, ya :D Kritikan, cacian, makian, protes yang membangun sangat diharapkan demi kebahagiaan kita bersama.