Langsung ke konten utama

Payung dan Hujan

Hari ini, minggu, 24 April 2010. Ane naik sepeda motor pinjaman seorang kawan berangkat ke Banjarmasin bersama ketua FLP Banjarbaru untuk menghadiri rapat acara Akbar FLP Wilayah Kalimantan Selatan, di kediaman  Kak Azizah, ketua FLP Wilayah Kalimantan Selatan. Subhanallah, tak terkira ternyata perjalanannya amat berat. Kami harus mengalami ban bocor di Gambut, kemudian muter2 mencari rumah Kak Azizah, tersesat di Jl. Sultan Adam yang begitu luas. Sampai banjir yang menghadang kami di sepanjang jalan komplek menuju rumah Kak Azizah (agak hiperbola dikit yang ini ^_^)...

Tapi bukan itu yang ingin ane utarakan di sini. Yang ingin ane bahas disini adalah pertanyaan dari Ketua FLP Banjarbaru, Yth. Kak Ery El Himmah, yang didapat dari salah satu penggemar (cie) beliau dari IAIN Antasari.. Pertanyaannya kira2 begini:: "Kenapa masih ada orang yang melakukan teror bom? Padahal orang2 itu adalah orang yg beragama? Bukankah agama itu adalah pegangan hidup bagi semua umat manusia?"

Setelah berpikir beberapa jenak, sejurus kemudia ane dapet jawaban dari pertanyaan yang amat sangat sulit ini (sesulit soal Ujian Akhir Nasional Matematika waktu ane SMA dulu ^_^)..

Menurut Ane, agama itu emang bener pegangan hidup. Tapi apakah orang yang sudah tahu bahwa agama itu adalah pegangan hidup, benar-benar sudah memegang teguh agama itu? Apakah orang yang berkata bahwa ia beragama sudah memegang teguh dan menjalankan aturan yang diajarkan oleh agamanya?

Jawabannya sederhana:: Ibarat orang punya payung saat hujan. Ia tahu bahwa hujan bisa membuatnya sakit, dan ia punya payung untuk mencegah hujan mengenai tubuhnya. Tapi ia tidak mau menggunakan payung itu, karena hujan terlihat begitu melenakan pandangan dan pikirannya.

Analoginya begini. Kita hidup di dunia ini, ibarat orang yang akan pergi ke kantor dengan jalan kaki di musim hujan. Hujan ini adalah kejahatan2 dan pengaruh buruk yang diberikan oleh dunia luar kepada kita. Nah, kalau musim hujan tentunya kita ingat dengan peribahasa "sedia payung sebelum hujan". Tentunya kita akan mempersiapkan payung. Payung ini adalah agama yang akan melindungi kita dari "hujan" pengaruh buruk dunia luar. Kita sudah tahu, bahwa payung agama akan mencegah kita dari kehujanan. Akan mencegah kita dari kebasahan. Juga akan mencegah kita dari sakit karena kehujanan. Kita sudah tahu dan paham akan semua itu. Tapi kita tidak juga membentangkan payung kita, karena kita melihat hujan begitu indah menaungi langit. Membawa kita dan seluruh perasaan jiwa kepada kenangan2 masa lalu yang tidak kunjung sirna. Kita terlalu terpengaruh oleh keelokan semu dari hujan yang melenakan.

Jadi sekarang, pilihan itu ada di hati kita. Akankah kita merentangkan payung agama kita untuk mencegah hujan itu? Atau kita hanya akan membiarkan hujan membuat kita basah dengan "pesona"-nya? Itulah analogi agama bagi kita. Akankah kita menggunakannya untuk menangkal semua pesona dunia, atau kita hanya akan menyimpannya sebagai tulisan di KTP belaka??

Wallahua'lam bis shawab.. :D

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Umar bin Khattab Menebas Kepala seorang Muslim

Hari itu Madinah gempar. Apa pasal? Mereka mendengar Umar bin Khattab ra. menebas kepala seorang muslim yang mengadukan perkara kepadanya. Tentu saja para sahabat banyak yang menyayangkan keputusan Umar ra. yang nampak gegabah dan “berdosa”–sebab membunuh seorang muslim dosanya sangatlah besar. Seperti disebutkan dalam hadis rasulullah SAW: Dari Ibnu Mas’ud rodhiallohu ‘anhu, dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Tidak halal ditumpahkan darah seorang muslim kecuali karena salah satu di antara tiga alasan: orang yang telah kawin melakukan zina, orang yang membunuh jiwa (orang muslim) dan orang yang meninggalkan agamanya memisahkan diri dari jamaah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Buat Apa sih LKMM itu? Nggak Penting Banget!

Buat sahabat semua, baik yang pro ataupun kontra dengan pendapat Ane. Ane terbuka aja. Ini adalah negara bebas. Kita bebas untuk berpendapat seperti yang dijamin oleh UUD 1945 (Pasal 28, Pasal 28A, Pasal 28C, Pasal 28D Ayat 1 dan 2, Pasal 28E Ayat 2 dan 3, Pasal 28F, Pasal 28G, Pasal 28H, Pasal 28I ayat 1,2,4 dan 5, serta pasal 28J) selama jangan asal bunyi dan tanpa dalil. Ane memberikan kesempatan untuk berdiskusi lebih jauh. Silahkan comment aja di  blog Ane , e-mail Ane , atau  Wall FB Ane disana juga ada nomor kontak Ane yang bisa dihubungi. OK? *** Satu bulan terakhir ini adalah masa-masa gejolak pergolakan keimanan Ane di perantauan. Ada dua hal bertentangan yang amat sangat mengganggu pikiran Ane dan mungkin juga Mahasiswa MIPA 2010 lainnya. Sebuah acara yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (yang katanya suatu badan yang demokratis) untuk para Mahasiswa baru 2010, yang (katanya) akan menjadi hal yang berguna buat masa depan para Mahasiswa baru.

Aku Malu Jadi Orang Indonesia

Sebenarnya note ini sudah lama sekali ditulisnya, kira-kira sejak sebelum Ujian Nasional. Kala itu kalau tidak salah ada begitu banyak berita tentang korupsi para pejabat negara di Televisi. Entah apa yang ada di pikiran Ane saat itu. Tapi yang pastinya note ini tertuang dengan berbagai macam campuran rasa di dalam dada: sedih, kesal, marah, berang, muak, kasihan, de-el-el, de-es-be, de-es-te. So, chekidot. Aku malu jadi orang Indonesia yang suka menjilat Aku malu jadi orang Indonesia yang suka korupsi Aku malu jadi orang Indonesia yang suka mencuri Aku malu jadi orang Indonesia yang suka maling tapi teriak maling Aku malu jadi orang Indonesia yang suka bicara tapi sedikit bertindak Aku malu jadi orang Indonesia yang suka menghayal tapi tidak pernah bergerak