Langsung ke konten utama

Kerendahan Hati

Jumpa lagi dengan tulisan Ane, sobat semua. Apa kabar hari ini? Semoga kita semua selalu berada dalam perlindungan dan petunjuk-Nya. Amin.

Tulisan Ane kali ini akan membahas suatu hal yang begitu dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Lebih dekat dari urat nadi, tapi hampir tidak terasa bagai desir angin mamiri. Kenapa Ane bilang tidak terasa? Karena sesuatu itu akan terasa ketika ia berbeda. Contohnya, ketika sobat semua berteman dengan remaja masjid. Maka saat sobat berkumpul dengan para “begundal” akan terasa, karena mereka berbeda. Saat sobat sudah terbiasa pulang ke rumah dan mendapati ada makanan di atas meja, maka saat makanan tidak terhidang di atas meja, sobat akan merasa ada yang berbeda. Itulah kira-kira menurut Ane asbab dari peribahasa alah bisa karena biasa. Sesuatu yang biasa terjadi itu tidak akan terasa sampai ia tidak terjadi lagi. (Kayaknya nggak nyambung ya? Tapi biarlah. Ini cuma intro aja kok. Inti ceritanya ada di paragraf berikutnya ^_^).

Yang akan Ane bahas di sini adalah keberadaan kita di dunia ini sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, yang mana kita diciptakan untuk saling berinteraksi satu sama lain, seperti disebutkan dalam Al Quran surah Al Hujurat ayat 13 yang artinya:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Artinya kita ini adalah apa yang disebut oleh Aristoteles dengan Zoon Politicon a.k.a. makhluk sosial, yang perlu berhubungan dengan sesama manusia atau yang disebut dalam fiqh dengan Muamalah Ma’an Naas (hubungan dengan sesama manusia­–dapat dilihat lebih lengkap dalam Fiqh Islam karangan H. Sulaiman Rasjid Bab III, IV, VII dan seterusnya).

Nah, yang ingin Ane bahas di sini (dari tadi muter-muter terus ^_^) adalah tentang kerendahan hati. Apa sebenarnya dan sesungguhnya kerendahan hati itu?

Banyak sekali penafsiran khayalak ramai mengenai pengertian yang sesungguhnya dari kerendahan hati. Mungkin sebagian menafsirkan bahwa kerendahan hati adalah ketika kita menganggap diri kita lebih rendah dari orang lain, atau kita tidak memiliki apa-apa dibandingkan dengan orang lain, atau juga mungkin ketika kita memang sudah punya segalanya, tapi kita menyembunyikan semua itu, dan bisa membaur dengan berbagai macam orang yang posisinya mungkin di bawah kita. Kerendahan hati juga kadang diartikan dengan tidak menyombongkan diri (takabur).

Tapi, dalam definisi Ane, kerendahan hati itu bukan seperti itu, Sobat! Kerendahan hati (menurut Ane) adalah suatu kondisi dimana kita mengakui bahwa kita ini adalah manusia, yang membutuhkan kehadiran orang lain di sekitar kita, kita adalah zoon politicon yang memang butuh sesama manusia untuk hidup di sekitar kita. Karena tanpa mereka, kita hampir tidak mungkin hidup di dunia. Oleh karena itu, kerendahan hati adalah suatu kondisi dimana kita bisa menjaga agar orang lain tetap berada di dekat kita, dan mereka merasa memang dibutuhkan dalam hidup kita.

Salah satu cara yang simpel adalah denga sering menggunakan dua kata ini: tolong dan maaf. Dua kata yang amat sangat simpel, tapi mengandung makna yang dalam. Dan kita seringkali melupakan dua kata ini dalam interaksi kita sehari-hari dengan sesama manusia.

Coba deh, mulai dari sekarang. Ketika kita butuh bantuan dari orang di sekitar kita, gunakan kata tolong. Secara tidak langsung, Ane sudah melakukan riset kepada beberapa teman. Mereka yang dimintai tolong dengan yang tidak, raut wajah mereka saat membantu kita itu berbeda. Teman yang diberi kata "tolong" akan menjawab panggilan kita dengan senyuman dan raut wajah sumigrah (baru menjawab nih. Belum mulai membantu). Lalu mereka akan terus tersenyum sampai selesai membantu. Beda dengan teman yang tidak diberi kata tolong. Mereka akan menyahut panggilan kita dengan wajah merengut dan masam. Mungkin akan membantu kita, tapi setengah hati, atau bahkan menolak sama sekali.

Yang kedua, mulai dengan kata maaf. Sekecil apapun kesalahan yang kita buat, gunakanlah kata maaf. Meminta maaf, walaupun kita tidak bersalah adalah suatu perbuatan yang mulia. Karena kita menganggap diri kita tidak memang manusia yang dipenuhi khilaf dan salah dalam hidupnya. Karenanya, kata maaf adalah satu-satunya yang dapat memadamkan bara api yang mungkin saja tercetus dari kesalahan kecil kita.

Sudah siap, sobat!?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Umar bin Khattab Menebas Kepala seorang Muslim

Hari itu Madinah gempar. Apa pasal? Mereka mendengar Umar bin Khattab ra. menebas kepala seorang muslim yang mengadukan perkara kepadanya. Tentu saja para sahabat banyak yang menyayangkan keputusan Umar ra. yang nampak gegabah dan “berdosa”–sebab membunuh seorang muslim dosanya sangatlah besar. Seperti disebutkan dalam hadis rasulullah SAW: Dari Ibnu Mas’ud rodhiallohu ‘anhu, dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Tidak halal ditumpahkan darah seorang muslim kecuali karena salah satu di antara tiga alasan: orang yang telah kawin melakukan zina, orang yang membunuh jiwa (orang muslim) dan orang yang meninggalkan agamanya memisahkan diri dari jamaah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Buat Apa sih LKMM itu? Nggak Penting Banget!

Buat sahabat semua, baik yang pro ataupun kontra dengan pendapat Ane. Ane terbuka aja. Ini adalah negara bebas. Kita bebas untuk berpendapat seperti yang dijamin oleh UUD 1945 (Pasal 28, Pasal 28A, Pasal 28C, Pasal 28D Ayat 1 dan 2, Pasal 28E Ayat 2 dan 3, Pasal 28F, Pasal 28G, Pasal 28H, Pasal 28I ayat 1,2,4 dan 5, serta pasal 28J) selama jangan asal bunyi dan tanpa dalil. Ane memberikan kesempatan untuk berdiskusi lebih jauh. Silahkan comment aja di  blog Ane , e-mail Ane , atau  Wall FB Ane disana juga ada nomor kontak Ane yang bisa dihubungi. OK? *** Satu bulan terakhir ini adalah masa-masa gejolak pergolakan keimanan Ane di perantauan. Ada dua hal bertentangan yang amat sangat mengganggu pikiran Ane dan mungkin juga Mahasiswa MIPA 2010 lainnya. Sebuah acara yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (yang katanya suatu badan yang demokratis) untuk para Mahasiswa baru 2010, yang (katanya) akan menjadi hal yang berguna buat masa depan para Mahasiswa baru.

Aku Malu Jadi Orang Indonesia

Sebenarnya note ini sudah lama sekali ditulisnya, kira-kira sejak sebelum Ujian Nasional. Kala itu kalau tidak salah ada begitu banyak berita tentang korupsi para pejabat negara di Televisi. Entah apa yang ada di pikiran Ane saat itu. Tapi yang pastinya note ini tertuang dengan berbagai macam campuran rasa di dalam dada: sedih, kesal, marah, berang, muak, kasihan, de-el-el, de-es-be, de-es-te. So, chekidot. Aku malu jadi orang Indonesia yang suka menjilat Aku malu jadi orang Indonesia yang suka korupsi Aku malu jadi orang Indonesia yang suka mencuri Aku malu jadi orang Indonesia yang suka maling tapi teriak maling Aku malu jadi orang Indonesia yang suka bicara tapi sedikit bertindak Aku malu jadi orang Indonesia yang suka menghayal tapi tidak pernah bergerak