Seorang Muslim pada masa Rasulullah saw menjadikan Al Quran sebagai sumber mata air satu-satunya betapa pun saat itu telah ada peradaban Romawi dan Yunani, Persia dan India, China, bahkan Yahudi dan Nasrani di jantung Jazirah Arab. Mereka membaca Al Quran bukan dalam rangka kesenangan dan wawasan semata, melainkan untuk dilaksanakan. Sampai-sampai ketika seseorang masuk Islam serta merta ia meninggalkan dan menanggalkan masa lalunya yang bercorak jahili seraya berdiri di hadapan Islam dalam keadaan bagaikan baru saja dilahirkan oleh ibunya untuk segera mengenakan pakaian Islam. “Dan pakaian takwa itulah yang baik.” Ia tidak menginginkan selain ridha Allah.
Ia menyerap kekuatan dari iman dan akidahnya; mengambil petunjuk dari keduanya dalam kehidupan, menegaskan orientasi hidupnya dengan bimbingan keduanya; berhias diri dengan akhlak akidah ini yang dapat menshalihkan individu. Dengan keshalihan individu, masyarakat Muslim akan berpadu dengan ikatan perasaan yang menguasai mereka, dengan nilai-nilai yang mengatur mereka, dan dengan cinta menaungi mereka. Sebab, tidak mungkin terjadi perpaduan, ikatan, dan cinta, serta tidak akan terwujud keharmonisan dalam masyarakat tanpa adanya kesatuan akhlak dan keselarasan di antara para anggotanya dalam hal perilaku, orientasi dan tujuan, yakni: Allah swt.
Oleh karena itu, aturan akhlak dalam Islam tidak membiarkan ruang dalam urusan pribadi maupun masyarakat; baik dalam urusan pemikiran, peradaban, maupun ruhani, melainkan pasti ia menetapkan manhaj (aturan) perilaku berdasarkan kaidah tertentu. Aturan akhlak Islam melampaui urusan hubungan seseorang dengan dirinya dan dengan sesama manusia.
Ia mencakup hubungannya dengan alam semesta. la meletakkan arahan dan tata krama yang tinggi. Segala aturan itu menjadi harmoni yang indah dalam kehidupan Muslim. Hak dan kewajiban menjadi sangat jelas, sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Sesungguhnya Rabbmu mempunyai hak yang wajib kau tunaikan. Dan dirimu mempunyai hak atasmu yang wajib kau tunaikan. Dan keluargamu punya hak atasmu yang wajib kau tunaikan. Istrimu punya hak atasmu yang wajib kau tunaikan. Maka tunaikanlah hak setiap pihak.” (HR. Bukhari). Jika kita menunaikan kewajiban dan hak kita, maka pasti kita bangkit untuk mencapai tujuan.
Benar bahwa kita ingin bangkit. Akan tetapi, tujuan dari kebangkitan adalah mewujudkan pengabdian sempurna kepada Allah. Karenanya, hendaklah kita menjadi orang-orang dengan tangan senantiasa berwudhu, kening yang senantiasa bersujud, kaki yang bengkak-bengkak karena lama berdiri dalam shalat, telapak tangan yang menengadah dalam doa, hati yang senantiasa takut kepada Allah. Di malam hari bagaikan para rahib sedangkan di siang hari menjadi para penunggang kuda yang gagah perkasa.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal. (Yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.” (Qs. Al Anfaal, 8: 2-4)
Mereka adalah mukmin sejati karena tujuan mereka adalah Allah. Itu tetap akan menjadi tujuan hingga dalam keadaan kita – dengan karunia Allah – berada di surga sekalipun. Allah adalah tujuan di atas segala tujuan. Tujuan macam itu merupakan tsawabit (hal yang sangat prinsip) dalam pemikiran dan konsep dakwah kita. Tujuan dalam mencari ridha Allah itu menuntut kita untuk senantiasa menimbang-nimbang segala aktivitas dan urusan dakwah yang dijalaninya dengan keridhaan Allah itu. Setiap tujuan yang diridhai Allah maka hal itu dapat diterima dalam prinsip dakwah kita. Dan setiap tujuan yang membuat Allah murka adalah tertolak berdasarkan prinsip dakwah kita.
Komentar
Posting Komentar
Dimohon dengan sangat comment-nya, ya :D Kritikan, cacian, makian, protes yang membangun sangat diharapkan demi kebahagiaan kita bersama.